drag bike

drag bike
drag

Selasa, 29 Maret 2011

Pandangan hidup (macam-macam pandangan hidup) dan ideologi


PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP

Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu ia menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.

MACAM-MACAM SUMBER PANDANGAN HIDUP
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklisifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri ari 3 macam :
  1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
  2. Pandangan hidup yang berasal dari ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
  3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

PANDANGAN HIDUP MUSLIM

Rumusan tujuan hidup yang didasari oleh ajaran agama menempati posisi sentral, yakni orang yang hormat dan tunduk kepada nilai-nilai agama yang diyakininya, melalui figure Ulama Kharismatik, atau menurut kitab suci. Menurut ajaran Islam, tujuan hidup manusia ialah untuk menggapai ridha Allah, ibtigha mardhatillah. Firman Allah 
: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِـغَاءَ مَرْضَاةِ اللهِ وَاللهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ ,
arti­nya : “Dan di an­tara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Pe­nyan­tun kepada hamba-hamba-Nya” (QS. 2 Al Baqarah : 207). Ridha artinya senang. Jadi segala pertimbangan tentang tujuan hidup seorang Muslim, terpulang kepada apakah yang kita lakukan dan apa yang kita gapai itu sesuatu yang disukai atau diridhai Allah SWT atau tidak. Jika kita berusaha memperoleh ridha-Nya, maka apapun yang diberikan Allah kepada kita, kita akan mene­ri­ma­­­nya dengan ridha (senang) pula, ridha dan diridhai (radhiyatan mardhiyah).
Indikator ridha Allah juga dapat dilihat dari dimensi horizontal, Nabi bersabda : “Bahwa ridha Allah ada bersama ridha kedua orang tua, dan murka Allah ada bersama murka kedua orang tua”. Semangat untuk mencari ridha Allah sudah barang tentu hanya dimiliki orang-orang yang beriman, sedang­kan bagi mereka yang tidak mengenal Tuhan, tidak mengenal agama, maka boleh jadi pandangan hidupnya dan prilakunya sesat, tetapi mungkin juga pandangan hidupnya mendekati pandangan hidup orang yang minus beragama, karena toh setiap manusia memiliki akal yang bisa berfikir logis dan hati yang di dalamnya ada nilai kebaikan.
Metode untuk mengetahui Tuhan juga diajarkan oleh Nabi dengan cara bertanya kepada hati sendiri, istifti qalbaka. Orang bisa berdusta kepada orang lain, tetapi tidak kepada hati sendiri. Hanya saja hati orang berbeda-beda. Hati yang gelap, hati yang kosong, dan hati yang mati tidak bisa ditanya. Hati juga kadang-kadang tidak konsisten, oleh karena pertanyaan paling tepat kepada hati nurani, Nurani berasal arti kata nur, cahaya. Orang yang nuraninya hidup maka ia selalu menyambung dengan ridha Tuhan. Problem hati nurani adalah cahaya nurani sering tertutup oleh keserakahan, egoisme, dan kemaksiatan.

PENGERTIAN IDEOLOGI
Ideologi(mabda’) adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang lain dan metode untuk menyebarkannya.
Sehingga dalam Konteks definisi ideologi inilah tanpa memandang sumber dari konsepsi Ideologi, maka Islam adalah agama yang mempunyai kualifikasi sebagai Ideologi dengan padanan dari arti kata Mabda’ dalam konteks bahasa arab.
Apabila kita telusuri seluruh dunia ini, maka yang kita dapati hanya ada tiga ideologi (mabda’). Yaitu Kapitalisme, Sosialisme termasuk Komunisme, dan Islam. Untuk saat ini dua mabda pertama, masing-masing diemban oleh satu atau beberapa negara. Sedangkan mabda yang ketiga yaitu Islam, saat ini tidak diemban oleh satu negarapun, melainkan diemban oleh individu-individu dalam masyarakat. Sekalipun demikian, mabda ini tetap ada di seluruh penjuru dunia.
FAKTOR YANG MENENTUKAN TINGKAH LAKU SESEORANG
Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri sehingga tingkah laku setiap orang berbeda-beda. Adapun 3 faktor yang menentukan tingkah laku seseorang, yaitu :
  1. Faktor Pembawaan (Heriditas), yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal yang diturunkan atau dipusakai oleh orang tua.
  2. Faktor Lingkungan (Environment), lingkungan yang membentuk seseorang merupakan alam kedua yang terjadinya setelah seorang anak lahir (masa pembentukan seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan alam pertama). Lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
  3. Faktor Pengalaman, pengalaman yang khas yang pernah diperoleh. Baik pengalaman pahit yang bersifat negatif, maupun pengalaman manis yang bersifat positif, memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan.

3 ALIRAN FILSAFAT
Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat, yaitu :
  1. Aliran Naturalisme, hidup manusia dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. Aliran Naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan, dari spekulasi tersebut maka keyakinanlah yang menjadi jawabannya. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakan Tuhan itu ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
  2. Aliran Intelektualisme, dasar aliran ini dalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal, dengan akal manusia berfikir. Akal berasal dari bahasa Arab, artinya kalbu, yang terpusat di hati, sehingga timbul islital “hati nurani”, artinya daya rasa. Di Barat, hati nurani inimenipis, justru yang menonjol adalah akal yaitu logika berfikir. Karena itu, aliran ini banyak dianut dikalangan Barat. Bi Timur orang mengutamakan hati nurani, yang baik menurut akal belum tentu baik menurut hati nurani.
  3. Aliran Gabungan, dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berfikir maupun sebagai rasa (hati nurani). Jadi apa yang benar menurut logika berfikir juga dapat diteriman oleh hati nurani.
LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya mempunyai langkah-langkah berpandangan hidup ini. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :
  1. Mengenal, merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jalan ini mengenal apa itu pandangan hidup.
  2. Mengerti, disini dimaksudkan mengrti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Karena dengan mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa yang terdapat dalm pandangan hidup itu.
  3. Menghayati, dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu sendiri.
  4. Meyakini, suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya. Dengan meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidup itu.
  5. Mengabdi, merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain.
  6. Mengamankan, proses mengamankan ini merupakan langkah terakhir. Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila belum mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini. Langkah terakhir ini merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala demi tegaknya pandangan hidup itu.


buruknya tujuan atau langkah hidup yang kita lalui kita sendirilah yang merasakan dan pasti ada konsekuensinya terhadap setiap tingkah laku yang kita lakukan.

SUMBER:
Ilmu Budaya Dasar seri diktat Gunadarama University oleh Widyo Nugroho dan Achmad Muchji.

MACAM-MACAM KEADILAN


LATAR BELAKANG KEADILAN BAGI RAKYAT
Hari-hari ini orang semakin sadar bahwa keadilan merupakan masalah penting dan mendesak untuk ditangani dalam kehidupan kita bersama, yaitu dalam organisasi masyarakat manusia, baik kelompok, negara maupun hubungan internasional. Sentimen ini telah lama disuarakan oleh pemikir keadilan, seperti John Rawls, yang menegaskan bahwa keadilan merupakan “kebajikan utama dari institusi-institusi sosial”. Rawls mengatakan bahwa sebuah ’teori, betapapun elegan dan ekonomis, harus ditolak atau diperbaharui jika tidak benar; demikian juga, hukum dan institusi betapapun efisien dan tersusun dengan sangat baik, harus dihapuskan atau diperbaharui jika tidak adil’. Maka, keadilan bukanlah salah satu nilai diantara nilai politik atau filsafat sosial lain seperti demokrasi, nasionalisme, sosialisme, liberalism. Keadilan, sebaliknya, merupakan landasan penting bagi nilai-nilai itu. Keadilan harus dijadikan prioritas dan dasar pertimbangan utama dalam proses pengambilan keputusan oleh orang perorang, kelompok, negara maupun lembaga internasional.
Para pemikir Barat seperti John Locke, Thomas Paine, John Rawls, Ronald Dworkin, Robert Nozick, Michael Walzer, Karl Marx dan Susan Okin dengan caranya masing-masing telah mengubah dan memperbaharui ragam tradisi ideologis yang mereka wakili. Kursus yang mencoba memusatkan perhatian pada pandangan mereka tentang nilai (values) yang mendasari kehidupan politik, visi mereka tentang “masyarakat yang baik” (good society) dan pertanyaan tentang apa prinsip keadilan (principles of justice), bagaimana mengembangkaan distribusi kekayaan (distribution of resources) yang adil, serta berbagai konsep penting yang lain seperti hak (rights), persamaan (equality), kebebasan (liberty), diharapkan dapat memperkaya wacana dan pemahaman tentang berbagai masalah keadilan yang berkembang dalam masyarakat kita dewasa ini. Kajian secara secara lebih saksama terhadap isu-isu tersebut perlu dilakukan di Indonesia.
Masalah keadilan jelas juga telah menjadi pertanyaan yang sangat penting di Indonesia. Meskipun Pancasila sebagai dasar negara mengandung nilai keadilan, banyak pandangan menyebutkan bahwa keadilan merupakan sila Pancasila yang paling sial. Persoalan pokoknya, seperti dikatakan seorang pengamat Pancasila mungkin ’belum memiliki definisi yang jelas secara konseptual maupun operasional mengenai cita-cita, tujuan, serta cara atau mekanisme untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan yang diinginkan’. Salah satu sebabnya, diyakini, bersumber dari kenyataan bahwa Pancasila tidak sanggup menunjukkan hakikat
dasar dari sesuatu (what is) melainkan lebih sanggup menunjukkan apa yang bukan menjadi hakikatnya (what is not). Menurut pandangan ini, sebagai sebuah wawasan politik, Pancasila dianggap terlalu normatif dan ini menjelaskan kenapa Pancasila tidak menjangkau persoalan ekonomi dan sosial yang kongkrit, seperti kemiskinan dan keadilan sosial, dan karena itu, secara metodologis, Pancasila juga dianggap lemah dibandingkan ideologi semacam Marxisme, Sosialisme, Liberalisme atau bahkan ekonomi Islam. Konsep keadilan Pancasila perlu diperiksa dan dikembangkan secara saksama terutama karena banyak indikasi menunjukkan berbagai bentuk ketidakadilan dan tingkat kesenjangan ekonomi yang semakin meningkat di Indonesia dan juga dalam konteks hubungan antar bangsa dengan implikasi- implikasi yang sangat serius terhadap keamanan, stabilitas, kohesi sosial dan secara umum kelangsungan hidup manusia di masa depan.


KEADILAN
Teori Keadilan dalam filsafat hukum
Teori-teori Hukum Alam sejak Socrates hingga Francois Geny, tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum. Teori Hukum Alam mengutamakan “the  search  for  justice”. Terdapat  macam-macam  teori mengenai keadilan dan masyarakat yang adil. Teori-teori ini  menyangkut hak dan kebebasan, peluang kekuasaan, pendapatan dan kemakmuran. Diantara teori-teori itu
dapat disebut: teori keadilan Aristoteles dalam bukunya nicomachean ethics dan teori keadilan sosial John Rawl dalam bukunya a theory of justice.

a. Teori keadilan Aristoteles
Pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa kita dapatkan dalam karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya, dalam buku nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan, yang, berdasarkan filsafat umum Aristoteles , mesti dianggap sebagai inti dari filsafat  hukumnya , “karena  hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan”.

Yang sangat penting dari pandanganya ialah pendapat bahwa keadilan mesti dipahami dalam pengertian kesamaan. Namun Aristoteles membuat pembedaan penting antara kesamaan numerik dan kesamaan proporsional. Kesamaan numerik mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit. Inilah yang sekarang biasa kita pahami tentang kesamaan dan yang kita maksudkan ketika kita mengatakan bahwa semua warga adalah sama di depan hukum. Kesamaan proporsional memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya, prestasinya, dan sebagainya. Dari pembedaan ini Aristoteles menghadirkan banyak kontroversi dan perdebatan seputar keadilan.

Lebih  lanjut,  dia  membedakan  keadilan  menjadi  jenis  keadilan distributif  dan keadilan korektif.  Yang pertama berlaku dalam  hukum publik, yang kedua dalam hukum perdata dan pidana. Kedailan distributif dan korektif sama-sama rentan terhadap problema kesamaan atau kesetaraan dan hanya bisa dipahami dalam kerangkanya. Dalam wilayah keadilan distributif, hal yang penting ialah bahwa imbalan yang sama -rata diberikan atas pencapaian yang sama rata. Pada yang kedua, yang menjadi persoalan ialah bahwa ketidaksetaraan yang disebabkan oleh, misalnya, pelanggaran kesepakatan, dikoreksi dan dihilangkan.

Keadilan distributif menurut Aristoteles berfokus pada distribusi, honor, kekayaan, dan barang-barang lain yang sama-sama bisa didapatkan dalam masyarakat. Dengan mengesampingkan “pembuktian” matematis, jelaslah bahwa apa yang ada dibenak Aristoteles ialah distribusi kekayaan dan barang berharga lain berdasarkan nilai yang berlaku dikalangan warga. Distribusi yang adil boleh jadi merupakan distribusi yang sesuai degan nilai kebaikannya, yakni nilainya bagi masyarakat.

Di sisi lain, keadilan korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah. Jika suatu  pelanggaran  dilanggar  atau  kesalahan  dilakukan,  maka keadilan korektif berusaha memberikan kompensasi yang memadai bagi pihak yang dirugikan; jika suatu kejahatan telah dilakukan, maka  hukuman  yang sepantasnya perlu diberikan kepada si pelaku. Bagaimanapun, ketidakadilan akan mengakibatkan terganggunya “kesetaraan” yang sudah mapan atau telah terbentuk. Keadilan korektif bertugas membangun kembali kesetaraan tersebut. Dari uraian ini nampak bahwa keadilan korektif merupakan wilayah peradilan sedangkan keadilan distributif merupakan bidangnya pemerintah.

Dalam membangun argumennya, Aristoteles menekankan perlunya dilakukan pembedaan antara vonis yang mendasarkan keadilan pada sifat kasus dan yang didasarkan pada watak manusia yang umum dan lazim, dengan vonis yang berlandaskan pandangan tertentu dari komunitas hukum tertentu. Pembedaan ini jangan dicampuradukkan dengan pembedaan antara hukum positif yang ditetapkan dalam undang-undang dan hukum adat. Karena, berdasarkan pembedaan Aristoteles, dua penilaian yang terakhir itu dapat menjadi sumber pertimbangan yang hanya mengacu pada komunitas tertentu, sedangkan keputusan serupa yang lain, kendati  diwujudkan dalam bentuk perundang-undangan, tetap merupakan hukum alam jika bisa didapatkan dari fitrah umum manusia.

MACAM-MACAM KEADILAN
A. Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan clan hukum merupakan substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat clan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Tha man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal.
Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam masyarakt bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara balk

menurut kemampuannya. Fungsi penguasa ialah membagi-bagikan fungsi-fungsi dalam negara kepada masing-masing orang sesuai dengan keserasian itu. Setiap orang tidak mencampuri tugas dan urusan yang tidak cocok baginya.
Ketidakadilan terjadi apabila ada campur tangan terhadap pihak lain yang melaksanakan tugas-tugas yang selaras sebab hal itu akan menciptakan pertentangan dan ketidakserasian. Misalnya, seorang pengurus kesehatan mencampuri urusan pendidikan, atau seorang petugas pertanian mencampuri urusan petugas kehutanan. Bila itu dilakukan maka akan terjadi kekacauan.
B. Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally). Sebagai contoh, Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata All menerima Rp.100.000,- maka Budi harus menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadian Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil.
C. Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
Contoh :
dr. Sukartono dipanggil seorang pasien, Yanti namanya. Sebagai seorang dokter is manjalankan tugasnya dengan baik. Sebaliknya, Yanti menanggapi lebih baik lagi. Alcibatnya, hubungan mereka berubah dan dokter dan pasien menjadi dua insan lain jenis yang saling mencintai. Bila dr. Sukartono belum berkeluarga mungkin keadaan akan baik saja, ada keadilan komutatif. Akan tetapi, karena dr.Sukartono sudah berkeluarga, hubungan itu merusak situasi rumah tangga, bahkan akan menghancurkan rumah tangga. Karena dr.Sukartono melalaikan kewajibannya sebagai suami, sedangkan Yanti merusak rumah
tangga dr.Sukartono.

SUMBER:


Bilqis


Bilqis Anindya Passa tidak pernah memilih untuk dilahirkan dengan atau tanpa atresia billier. Namun, toh, ia ditakdirkan hidup sekejap untuk berdampingan dengan penyakit kelainan hati itu. Selama 19 bulan menyongsong dunia, Bilqis tak bisa menikmati hidup layaknya anak balita seusianya.
Putri pasangan Dewi Farida dan Donny Ardianta Passa itu menderita penyakit yang timbul akibat rusaknya saluran empedu di luar hati sehingga tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus 12 jari yang normalnya terjadi. Kelainan itu membuat hati Bilqis rusak. Untuk mengatasinya, Bilqis harus menjalani transplantasi hati.
    
Kehadiran Bilqis telah memberi pelajaran tentang cinta sekaligus pengorbanan kepada seluruh masyarakat di Tanah Air. Pemberitaan tentangnya telah sekejap menggugah hati nurani penderma untuk berpaling dari isu-isu pertikaian politik.
Balita 19 bulan itu mampu menyedot perhatian hampir seluruh masyarakat di Tanah Air. Ketegarannya menghadapi penyakit menggugah hati para dermawan di Tanah Air. Melalui penggalangan dana Koin Cinta Bilqis, dana lebih dari Rp1,1 miliar berhasil dikumpulkan.
"Luar biasa", Bilqis adalah anak yang hebat. Dia bisa mengumpulkan banyak uang melalui Koin Cinta Bilqis. Kami tidak menyangka anak ini dilahirkan untuk mendapat perhatian banyak orang seperti ini," kata ayah Bilqis, Donny.
Semula dana sebanyak itu akan digunakan untuk operasi cangkok hati demi impian sembuh bagi Bilqis. Meski awalnya seluruh rangkaian operasi transplantasi hati tersebut memerlukan biaya yang tinggi, toh bantuan dermawan terus saja mengalir.
Secercah harapan memang sempat timbul, tetapi kembali tenggelam saat paru-paru Bilqis terserang bakteri ganas dan mematikan.

Anggota Tim Cangkok Hati RSUP dr. Kariadi Semarang, dr. Hartantyo, mengatakan bahwa Bilqis Anindya Passa, balita penderita atresia bilier terkena alergi paru-paru.
"Alergi paru-paru itu menyebabkan sesak nafas, suara yang tersengal-sengal, dan terdapat banyak lendir. Namun, kami belum mengetahui penyebab alergi itu," katanya di Semarang, Selasa.
Akan tetapi, kata dia, alergi paru-paru tersebut tak separah pneumonia (radang paru-paru) yang sempat diderita Bilqis beberapa minggu lalu, dan pihaknya terus memantau apa pun keluhan yang dirasakannya.
Menurut dia, saluran pernafasan Bilqis membengkak, sehingga pihaknya terpaksa menggunakan nebulizer (alat menguapkan cairan) yang dipasang di hidung untuk mempermudah pernafasan Bilqis.
"Kalau penggunaan `nebulizer` tak mampu mengatasi keluhan tersebut, kami sudah menyiapkan alternatif dengan penggunaan Endotracheal Tube (ETT), yakni alat untuk menjamin saluran nafas tetap bebas," katanya.
Cara kerja ETT, kata Hartantyo yang juga pakar kesehatan anak itu, dengan memasukkannya langsung ke dalam trakea, sehingga aliran udara dapat masuk ke paru-paru.
Sementara itu, anggota lain tim cangkok hati, dr. Tatty Ermin Setiati mengatakan, Bilqis saat ini sudah dipindahkan dari ruang pediatric intensive care unit (PICU) ke Ruang Merak Nomor 1 RSUP dr. Kariadi.
"Kami sudah mempertimbangkan matang pemilihan ruang tersebut (Ruang Merak Nomor 1, red.), terutama dari segi sterilitas dan sirkulasi udara," katanya.
Ia mengatakan, sejumlah aturan juga diberlakukan setelah pemindahan ruangan itu untuk menghindari Bilqis dari serangan kuman, virus, dan bakteri, termasuk aturan untuk pengunjung yang diperketat.(KR-ZLS/H-KWR)
Bayi yang lahir 20 Agustus 2008 itu pada akhirnya harus menyerah pada atresia billier yang telah menyertainya sejak lahir.
Bilqis Anindya Passa meninggal pada 10 April 2010 pukul 15.15 di RS Karyadi, Semarang, Jawa Tengah, akibat gagal napas dalam proses yang harus ia jalani sebelum operasi cangkok hati.

sumber:
http://www.antaranews.com/berita/1270562941/bilqis-terkena-alergi-paru-paru
http://nasional.kompas.com/read/2010/04/11/14043116/Pelajaran.Cinta.dari.Bilqis 

THE KATEDRAL

Gereja Katedral Jakarta (nama resmi: Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga, De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming) adalah sebuah gereja di Jakarta. Gedung gereja ini diresmikan pada 1901 dan dibangun dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa, yakni arsitektur yang sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu.
Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Provicaris Carolus Wenneker. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya, dan kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, Vikaris Apostolik Jakarta.
Katedral yang kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu, karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27 Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya. Lalu pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca yang cerah, Gereja itu pun sempat roboh.
Pada malam natal, 24 Desember 2000, Gereja ini menjadi salah satu lokasi yang terkena serangan ledakan bom.

Sejarah
 1807 - 1826
Dengan adanya perubahan politik di Belanda khususnya kenaikan tahta Raja Louis Napoleon, seorang Katolik, membawa pengaruh yang cukup positif. Kebebasan umat beragama mulai diakui oleh pemerintah. Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan gereja Katolik di Roma mendapat persetujuan Raja Louis Napoleon untuk mendirikan Prefektur Apostolik Hindia Belanda. Prefektur Apostolik adalah suatu wilayah Gereja Katolik yang bernaung langsung di bawah pimpinan Gereja Katolik di Roma, yang dipimpin bukan oleh seorang Uskup, melainkan oleh seorang Imam biasa yang ditunjuk oleh Paus, yang disebut Prefek Apostolik.
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor Yacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prinsen, Pr.[1] Yang diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr.
Setelah sekitar dua abad perayaan ekaristi dilarang di Hindia Belanda, pada tanggal 10 April 1808, untuk pertama kalinya diselenggarakan misa secara terbuka di Batavia di rumah Dokter F.C.H Assmuss, kepala Dinas Kesehatan waktu itu. Dokter Assmuss bersama dengan beberapa kawan berhasil mengumpulkan sejumlah orang dan sebagian besar adalah tentara. Upacara Misa berlangsung sederhana dengan tempat yang kurang memadahi. Kedua Pastor tersebut untuk sementara tinggal di rumah Dokter Assmuss.
Pada bulan Mei, kedua Pastor itu sempat pindah ke rumah bambu yang dipinjamkan pemerintah untuk digunakan sebagai pusat sementara kegiatan-kegiatan katolik. Letaknya di asrama tentara di pojok barat daya Buffelsveld atau Lapangan Banteng (sekarang kira-kira di antara jalan Perwira dan Jalan Pejambon, di atas tanah yang saat ini ditempati oleh Departemen Agama). Pada tanggal 15 Mei 1808, perayaan Misa Kudus pertama dirayakan di gereja darurat (kira-kira tempat parkir Masjid Istiqlal). Pada waktu itu juga telah dibentuk Badan Pengurus Gereja dan Dana Papa, yang terdiri atas Prefek Apostolik J. Nelissen sebagai ketua, dengan anggota-anggota Chevreux Le Grevisse, Fils, Bauer dan Liesart.
Selama tahun 1808, mereka membaptis 14 orang, yaitu seorang dewasa keturunan Eropa Timur, delapan anak hasil hubungan gelap, diantaranya ada empat yang ibunya masih berstatus budak, dan hanya lima anak dari pasangan orang-orang tua yang sah status perkawinannya.
Karena dirasa perlu adanya sebuah rumah ibadah yang dapat digunakan untuk mengumpulkan umat, pada 2 Februari 1810, Pastor J. Nelissen, Pr mendapat sumbangan sebuah kapel dari Gubernur-Jenderal Meester Herman Daendels, yaitu sebuah kapel sederhana yang terletak di pinggir jalan Kenanga, di daerah Senen, menuju Istana Weltevreden (sekarang RSPAD Gatot Subroto). Kapel ini dibangun oleh Cornelis Chasteleijn (+ 1714) dan sebelumnya dipakai oleh jemaat Protestan yang berbahasa Melayu dan pada hari biasa dipakai sebagai sekolah. Kapel ini merupakan milik Gubernemen yang dihadiahkan berikut semua isinya, termasuk 26 kursi dan sebuah organ yang sudah tidak dapat digunakan. Karena kondisi bangunan yang kurang layak, Pastor Nelissen segera mengerahkan sejumlah orang untuk merenovasi. Semua pekerjaan ini dipercayakan kepada pengusaha Tjung Sun dibawah pengawasan Jongkind, arsitek, atas nama Dewan Gereja. Kapel inilah yang menjadi Gereja Katolik I di Batavia. Dalam bulan yang sama, Gereja Katolik pertama di Batavia ini diberkati dan sebagai pelindungnya dipilih Santo Ludovikus. Gedung itu memang tidak bagus namun dirasa cukup kuat karena terbuat dari batu dan dapat menampung 200 umat. Di dekat gedung gereja itu dibangun sebuah Pastoran sederhana yang terbuat dari bambu.
Pada tanggal 10 Mei 1812 Sir Thomas Stamford Raffles, gubernur Pulau Jawa, beserta istrinya menjadi ibu/bapak permandian dari Olivia Marianne Stamford Raffles Villeneuve, putri dari Ludorici Francisci Josephi Villeneuve dan Jeanna Emilie Gerische Conjugum.[1]
Pada tanggal 6 Desember 1817, jenasah Prefektur Apostolik pertama, Mgr Jacobus Nellisen, yang meninggal karena sakit TBC disemayamkan di kuburan Tanah Abang.[1] Digantikan Pastor Prinsen, Pr yang sejak tahun 1808 bertugas di Semarang. Meskipun Pastor Prinsen, Pr telah menjadi Prefek Apostolik Jakarta yang ke dua, beliau lebih sering berada di Semarang
Pada tanggal 27 Juli 1826, terjadi kebakaran di segitiga Senen. Pastoran turut lebur menjadi abu bersama dengan 180 rumah lainnya, sementara itu gedung gereja selamat namun gedungnya sudah rapuh juga dan tidak dapat digunakan lagi.
1827 – 1890

http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png
Gereja Katedral Jakarta (ca.1870-1900)
Pada waktu itu yang menjabat sebagai Komisaris Jenderal adalah Leonardus Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Ghisignies, seorang ningrat yang juga beragama Katolik, berasal dari daerah Vlaanderen di Belgia. Ia memiliki wewenang penuh di Batavia, serta lebih tinggi kekuasaannya dari seorang Gubernur Jenderal. Selama jabatan Du Bus De Ghisignies, 1825-1830, Gereja Katolik Indonesia bisa bernafas lega. Ia beragama Katolik dan sangat memperhatikan kebutuhan umat. Ia juga sangat berjasa dalam menciptakan kebebasan kehidupan beragama di Batavia waktu itu. Salah satu jasanya adalah Regeringsreglement yang dibuatnya, pada pasal 97 diletakkan: "Pelaksanaan semua agama mendapat perlindungan pemerintah". Ia juga mendesak Pastor Prinsen untuk segera menetap di Jakarta.
Melihat kebutuhan umat yang mendesak akan adanya gereja untuk tempat ibadah, Ghisignies mengusahakan tempat untuk mendirikan Gereja baru. Ia memberi kesempatan kepada Dewan Gereja Katedral untuk membeli persil bekas istana Gubernur Jenderal di pojok barat/utara Lapangan Banteng (dulu Waterlooplein) yang waktu itu dipakai sebagai kantor oleh Departemen Pertahanan. Pada waktu itu, di atas tanah tersebut berdiri bangunan bekas kediaman panglima tentara Jenderal de Kock. Umat Katolik saat itu diberi kesempatan untuk membeli rumah besar tersebut dengan harga 20.000 gulden. Pengurus gereja mendapat pengurangan harga 10.000 gulden dan pinjaman dari pemerintah sebesar 8.000 gulden yang harus dilunasi selama 1 tahun tanpa bunga.
Pada tahun 1826 Ghisignies memerintahkan Ir. Tromp untuk menyelesaikan "Gedung Putih" yang dimulai oleh Daendels (1809) dan kini dipakai Departemen Keuangan di Lapangan Banteng. Ir. Tromp diminta juga membangun kediaman resmi untuk komandan Angkatan Bersenjata (1830) dan sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila di Jl. Pejambon. Order ketiga pada Ir. Tromp adalah merancang Gereja Katolik pertama di Batavia. Tempatnya adalah yang sekarang dipakai Gereja Katedral.
Atas desakan Komisaris-Jenderal Du Bus De Ghisignies, Ir. Tromp merancang gereja baru berbentuk salib sepanjang 33 x 17 meter. Ruang altar dibuat setengah lingkaran, sedang dalam ruang utama yang panjang dipasang 6 tiang. Gaya bangunan ini bercorak barok-gotik-klasisisme; jendela bercorak neogotik, tampak muka bergaya barok, pilaster dan dua gedung kanan kiri bercorak klasisistis. Menara tampak agak pendek dan dihiasi dengan kubah kecil di atasnya. Maka, gaya bangungan itu disebut eklektisistis. Ditambah lagi dua gedung untuk pastoran yang mengapit gereja di kanan kiri serta deretan kamar-kamar dibelakangnya. Rupanya rancangan Ir. Tromp ini membutuhkan dana yang cukup besar dan melampaui kemampuan finansial gereja waktu itu. Maka rancangan ini tidak pernah terlaksana.
Oleh karena itu, gedung yang diperoleh umat Katolik tersebut, atas usul Ir. Tromp dirombak sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk gereja. Bangunan ini sebenarnya adalah gedung dengan sebuah ruangan luas di antara dua baris pilar. Di kedua sisi panjangnya dilengkapi dengan gang. Di tengah atap dibangun sebuah menara kecil enam persegi. Di sebelah timur sebagian dari rumah asli tetap dipertahankan untuk kediaman pastor dan di sebelah barat untuk koster. Altar Agungnya merupakan hadiah dari Komisaris Jenderal du Bus Ghisignies. Gereja yang panjangnya 35 meter dan lebarnya 17 meter ini pada tanggal 6 November 1829 diberkati oleh Monseigneur Prinsen dan diberi nama Santa Maria Diangkat ke Surga.
Gereja itu cukup membantu para imam dalam menjalankan misi pelayanannya di Batavia. Umat yang mengikuti misa semakin banyak. Untuk pertama kalinya, pada tanggal 8 Mei 1834, empat orang pribumi suku Jawa dibaptis di gereja ini.
Seiring dengan berjalannya waktu, gereja tersebut mengalami banyak kerusakan. Perbaikan yang dilakukan hanya bersifat tambal sulam saja. Kemudian pada tahun 1859 diadakan renovasi yang cukup besar. Menurut pengamatan seorang ahli bangunan, menara yang ada di tengah atap merupakan penyebab terjadinya kerusakan dan kebocoran. Menara tersebut terlalu berat bagi struktur atap gereja, sehingga menekan tembok dan menimbulkan kebocoran dimana-mana. Oleh karena itu diusulkan untuk membongkar menara kecil tersebut dan menggantinya dengan sebuah menara baru yang terletak di atas pintu masuk, di sebelah barat. Akhirnya pada tanggal 31 Mei 1880 gereja ini mulai difungsikan lagi setelah selesai direnovasi.
Hampir sepuluh tahun kemudian, 9 April 1890, ditemukan bagian-bagian gereja yang mulai rusak, Setumpuk kapur dan pasir berserakan dekat sebuah pilar. Keadaan ini cukup mencemaskan para imam, terutama Pater Kortenhorst yang pagi itu sempat menginjak setumpuk kapur dan pasir tersebut. Pada hari yang sama sekitar pk. 09.00 pagi, Pastor Kortenhorst dan Pastor Luypen memeriksa situasi gereja. Salah satu pilar nampak mengkhawatirkan. Pada pk.10.30 keadaan pilar tampak lebih buruk dan semakin memprihatinkan. Banyak kapur mulai terlepas lagi. Tidak lama kemudian, ketika para pastor memasuki sakristi, bangunan gereja ambruk disertai suara gemuruh yang mengerikan. Seluruh pekarangan ditutupi debu sehingga orang tidak dapat melihat lebih dari lima langkah. Jam saat itu menunjukkan pukul 10.45 pagi. Hari itu tepat 3 hari sesudah perayaan Paskah.
Ketika debu sudah mulai turun, kehancuran gereja mulai nampak jelas. Atapnya menganga. Sebelum peristiwa ini, masih ada 68 bangku terbuat dari kayu jati dan kini tinggal 10, sisanya rusak berat. Selain itu, yang masih berdiri utuh adalah altar, pelataran imam dan ruang sakristi serta menara.
Kondisi gereja saat itu sangat parah dan tidak memungkinkan untuk penyelenggaraan misa. Untuk sementara waktu misa diselenggarakan di dalam garasi kereta kuda yang disesuaikan fungsinya untuk gereja darurat.
1891 - 1901
Para imam dan umat mulai mengupayakan dibangunnya gereja yang baru. Tanggal 1 November 1890 ditandatangani sebuah kontrak antara Monseigneur Claessens dan pengusaha Leykam tentang pembelian tiga juta batu bata. Ukurannya harus sesuai dengan contoh yang dilampirkan dan harganya ditetapkan 2,2 dan 2,5 sen sebuah. Mulai tanggal 1 Desember 1890, setiap bulannya harus diserahkan 70.000 buah batu bata dari perusahaan pembakaran. Jumlah batu bata yang retak dan pecah tidak boleh melebihi 10%. Dari kondisi ini jelaslah bahwa pembangunan gereja dilakukan secara lebih professional.
Orang yang ditunjuk dan dipercaya untuk menjadi perencana dan arsitek pembangunan gereja ini adalah Pastor Antonius Dijkmans, SJ seorang ahli bangunan yang pernah mengikuti kursus arsitektur gerejani di Violet-le-Duc di Paris, Perancis serta Cuypers di Belanda. Pastor Antonius Dijkmans SJ yang sudah tiba di Jakarta dua tahun sebelum gereja runtuh, sebelumnya sudah membangun dua gereja di Belanda. Ia juga merancang dan membangun kapel Susteran Jl. Pos 2, pada tahun 1891.
Pada pertengahan tahun 1891 mulai dilakukan peletakan batu pertama untuk memulai pembangunan gereja tersebut. Setelah kurang lebih setahun berjalan pembangunan terpaksa dihentikan karena kurangnya biaya. Selain itu, pada tahun 1894 Pastor Antonius Dijkmans, SJ harus pulang ke Belanda karena sakit dan akhirnya meninggal dunia pada tahun 1922. Pekerjaan pembangunan macet dan misa tetap dilaksanakan di garasi Pastoran.
Uskup baru, Mgr E.S. Luypen SJ (1898-1923) mengumpulkan dana di Belanda dan Insinyur M.J. Hulswit memulai pembangunan lagi. Batu "pertama" diletakkan dan diberkati pada tanggal 16 Januari 1899, sebagai tanda dimulainya lagi pembangunan gereja ini. Pada bulan November balok-balok atap di pasang.
Untuk mendukung dana pembangunan gereja, umat tidak tinggal diam saja. Badan Pengurus Gereja bersama umat dua kali mengadakan undian (loterai), satu kali sebelum pelatakan fondamen, kemudian sebelum pembangunan atas dimulai. Karena subsidi dari pemerintah tetap ditolak, maka menutup kekurangan itu dikeluarkan obligasi sebesar Fl 50.000,- dan pengumpulan derma di kalangan umat Katolik maupun diluarnya ditingkatkan.
Selain arsitek baru, ada juga seorang kontraktor bernama van Schaik. Sedangkan Ir. van Es mewakili Badan Pengurus Gereja sebagai bouwheer. Konstruksi besi kedua menara digambar dan dikerjakan oleh Ir. van Es sendiri.
11 tahun sesudah keputusan Badan Pengurus Gereja, 10 tahun sesudah peletakan batu pertama, gereja selesai. Perlu diingat bahwa selama 7 tahun pembangunan gereja terhenti karena kehabisan dana, sehingga pembangunan sebenarnya hanya berlangsung 3 tahun.
"De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming - Gereja Santa Maria Diangkat Ke Surga" diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, seorang Vikaris Apostolik Jakarta pada tanggal 21 April 1901. Dalam upacara peresmian tersebut banyak dihadiri para pejabat dan umat. Mgr Luypen berdoa sejenak di hadapan patung Maria yang terdapat diantara dua pintu utama, lalu tepat pada pukul 08.00 pagi, Mgr. Luypen mulai mengelilingi seluruh gereja dan memerciki dengan air suci sambil diiringi paduan suara Santa Sesilia, yang pada tanggal 22 November 1865 didirikan oleh C.G.F. can Arcken. Prosesi terdiri dari pembawa salib, putra altar, para imam dan akhirnya sang Vikaris Apostolik. Di muka altar semua berlutut dan menyanyikan litani Segala Orang Kudus. Misa Pontifikal dengan liturginya yang kuno nan luhur diselenggarakan oleh Bapa Uskup, didampingi lima imam. Paduan Suara Santa Sesilia dengan pimpinan bapak Toebosch dan dengan iringan organ menyanyikan Misa karangan Benoit.
Mulai sejak itu gereja utama di Jakarta itu layak disebut Katedral, karena didalamnya terdapat cathedra, yakni Tahta Uskup.
1901 - sekarang

http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png
Gereja Katedral Jakarta (ca.1950-60)
Berbagai peristiwa mewarnai lebih dari 100 tahun berdirinya Gereja Katedral ini. Pada tahun 1924 untuk pertama kalinya seorang Uskup ditahbiskan dalam Gereja Katedral, yaitu Mgr A. Van Velsen SJ dan tahun berikutnya sidang pertama Majelis Wali-wali Gereja Indonesia diadakan dalam Pastoran Katedral.
Kardinal Agaginian, seorang Armenia, mengunjungi Jakarta pada tahun 1959 dan diterima dengan meriah oleh Gereja dan pimpinan Negara RI. Pembicaraannya dengan para waligereja dan pembesar ordo yang berkarya di seluruh Indonesia penting bagi masa depan. Hasilnya diumumkan pada tahun 1961 : Gereja di Indonesia bukan daerah misi lagi, melainkan Gereja Bagian yang berdiri sendiri.
Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. Adrianus Djajasepoetra, yang ditahbiskan di Katedral Jakarta oleh Duta Besar Vatikan pada tanggal 23 April 1953, sepuluh tahun tahun kemudian diangkat menjadi Uskup Agung. Pada saat itu ,1962, Keuskupan Agung Jakarta mencakup 14 Paroki dengan jumlah umat 32.599 orang. Propinsi Gerejani Jakarta mencakup juga keuskupan lain yaitu Keuskupan Bogor dan Keuskupan Bandung.
Pada tahun 1963/1965 para Uskup Indonesia ikut serta dalam konsili Vatikan II, yang membawa banyak perubahan dalam pastoral dan liturgi Gereja. Waktu para Uskup masih berada di Roma, di Jakarta pecah G30S PKI, sehingga Katedral perlu dijaga oleh para Pemuda Katolik dan tentara.
Peristiwa lainnya yang menggembirakan bagi umat Jakarta adalah kunjungan Paus Paulus VI (1970) dan Paus Yohanes Paulus II (1989) ke Indonesia yang disambut oleh Mgr Leo Soekoto. Ibadat dirayakan dengan meriah oleh Paus Paulus VI bersama banyak Uskup di Katedral. Pada waktu kunjungan Paus Yohanes Paulus II di Keuskupan Agung Jakarta sedang berlangsung Sinode Pertama.
Seiring dengan masa 100 tahun ini, pada tahun 1988 dilakukan pemugaran untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan dan membersihkan lumut serta pengecatan ulang. Disamping itu juga dibangun gedung Pastoran dan gedung pertemuan yang baru dibagian belakang gereja. Pada 13 Agustus 1988, purnakarya pemugaran gereja Katedral diresmikan oleh Bapak Soepardjo Roestam yang pada saat itu beliau menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat R.I, hadir mewakili Presiden Soeharto. Acara dimeriahkan dengan konser orgel oleh bapak Hub Wolfs, organis dari basilica Santo Servatius di kota Maastricht dan oleh Pastor Alfons Kurris Pr, dosen di konservatorium pada kota yang sama. Mgr Leo Soekoto memberkati orgel pipa yang baru dan megah itu, sebuah orgel yang mempunyai 15 register dan diperlengkapi dengan 1000 buah pipa. Berselang-seling kedua organis yang professional itu memperdengarkan karya-karya klasik, yang oleh komponis-komponis seperti Vivaldi, Bach dan Cesar Frank diciptakan khusus untuk instrumen rajawi itu.
Pada tahun 2002 juga sempat dilakukan pembersihan dan pengecatan ulang pada dinding luar gedung gereja Katedral karena lumut banyak tumbuh merambat di dinding.
Ketika gedung ini pertama kali dibangun dulu, para pejabat genie (pasukan zeni) waktu itu menilai gedung gereja yang menghabiskan biaya 628.000 gulden rancangan P.A Dijkmans tersebut sebagai "gedung yang terlampau kuat" mengingat struktur gedung dan material yang digunakan sungguh-sungguh pilihan yang terbaik. Maka sampai sekarang - 100 tahun sesudahnya - gereja Katolik utama di Jakarta tetap berdiri tegak.
Arsitektur & Eksterior Katedral[1]
  • Arsitektur gereja dibuat dengan gaya neo gothik. Denah bangunan berbentuk salib dengan panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon selebar 5 meter dengan ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh tukang batu dari Kwongfu, China. konstruksi bangunan ini terdiri dari batu bata tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam. Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang terbentang selebar bangunan.
  • Ada 3 menara di Gereja Katedral, yaitu: Menara Benteng Daud, Menara Gading dan Menara Angelus Dei. Menara ini dibuat dari besi. Bagian bawah didatangkan dari Nederland dan bagian atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia.
  • Di menara gading terdapat jam yang pada mesinnya tertulis van Arcken & Cie.
  • Lonceng: Pada menara Benteng Daud terdapat lonceng yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken. Pada menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil dan disumbankan oleh Tuan Chasse. Lonceng yang terbesar bernama Wilhelmus yang merupakan hadiah dari Tuan J.H. de Wit.
  • Patung Kristus Raja: berada di halaman depan gereja.
  • Goa Maria: Bentuk fisiknya mirip dengan Goa Maria di Lourdes Perancis. Goa ini terdapat di halaman samping gereja.
  • Pintu Masuk Utama: terdapat patung Maria dan ada tulisan Beatam Me Dicentes Omnes' yang berarti "Semua keturunan menyebut aku bahagia".
  • Rozeta: merupakan jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria. Benda ini terletak di atas gerbang utama.
Interior Katedral
  • Serambi Gereja:
Pada pintu utama terdapat sebuah batu pualam yang isinya hendak memberitahu bahwa gereja ini didirikan oleh Arsitek Marius Hulswit 1899-1901. Pada tembok sebelah selatan terdapat pualam putih yang menjelaskan bahwa gedung ini digambarkan oleh Antonius Dijkmans. Pada sisi kiri terdapat monumen "Du Bus" yang dibuat di Belgia dan dipersembahkan kepada umat katolik.[1]
  • Ruang Umat:
- Pieta: replika dari karya Michaelangelo yang menggambarkan Maria yang memangku jasad Yesus setelah diturunkan dari salib.
- Lukisan Jalan Salib: dilukis di atas ubin yang dibuat oleh Theo Malkenboet.
- Mimbar pengetahuan: hadiah dari Imamat Mgr Luypen yang didirikan oleh Pastor Wenneker".
- Pipe Orgel: dibuat di Belgia pada tahun 1988.
- Lukisan foto Uskup: Wajah para uskup dan lambang serta motto yang bisa dinikmati melalui lukisan yang tergantung di dinding dekat pintu samping kiri-kanan gereja.
  • Panti Imam:
- Patung Ignatius de Loyola: terdapat pada pilar sebelah kiri di depan Altar Utama.
- Patung Franciscus Xaverius: terdapat di sebelah kanan. Seorang misionaris terkenal.
- Katedra: Tempat duduk uskup sewaktu memimpin misa.
- Bejana Pemandian: Terbuat dari marmer
- Altar: Altar utama (berhiaskan relief dan patung ke-12 murid Yesus serta Ignatius de Loyola dan Franciscus Xaverius); Relekui pada ketiga altarnya; altar Maria (berhiaskan relief kehidupan Bunda Maria); dan Altar Yoseph (berhiaskan relief kehidupan Santo Yosepj).
Museum Katedral
Museum ini diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Mgr Julius Darmaatmadja. Pembuatan museum Katedral diprakarsai oleh pastor kepala Katedral pada waktu itu, yaitu Pater Rudolf Kurris. Hal ini berawal dari rasa cinta Kurris terhadap sejarah dan benda-benda bersejarah. Menurutnya, benda-benda bersejarah itu dapat membangkitkan rasa kagum manusia terhadap masa lampau dan keinginannya menyalurkan pengetahuan dari generasi ke generasi. Museum Katedral ini berada di ruang balkon Katedral.[1]
  • Isi Museum Katedral:
- Teks doa berbingkai: Dua versi buku misa berbahasa Latin yang dipakai pada masa pra-Vatikan II.
- Mitra dan tongat gembala Paus Paulus VI
- Piala dan Kasula Paus Yohanes Paulus II
- Replika Pastoran
- Perangko
- Lukisan dari batang pohon pisang karya Kusni Kasdut
- Replika perahu Pastor P. Bonnike, SJ
- Relikui santo & santa

 sumber:  
http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Katedral_Jakarta